Tuesday, 19 January 2016
PSIKOLOGI MANAJEMEN
Disusun Oleh :
3PA15
Ika Yulistyamawati (14513242)
Marsait ependy (1B514818)
Teddy Prasetyo (18513832)
Yuda Oktavian S (19513534)
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
SIKAP KERJA DAN KEPUASAN KERJA
A. Sikap Kerja
1) Determinasi sikap
kerja
Sikap
kerja dapat dijadikan indikator apakah suatu pekerjaan berjalan lancar atau
tidak. Jika sikap kerja dilaksanakan dengan baik, pekerjaan akan berjalan
lancar. Jika tidak berarti akan mengalami kesulitan. Tetapi, bukan berarti
adanya kesulitan karena tidak dipatuhinya sikap kerja, melainkan ada masalah
lain lagi dalam hubungan antara karyawan yang akibatnya sikap kerjanya
diabaikan.
a.
Menurut para
tokoh :
a)
Gibson (1997),
menjelaskan sikap sebagai perasaan positif atau negatif atau keadaan mental
yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, obyek ataupun keadaan.
Sikap lebih merupakan determinan perilaku sebab, sikap berkaitan dengan
persepsi, kepribadian dan motivasi.
b)
Sada (2000),
adalah tindakan yang akan diambil karyawan dan segala sesuatu yang harus
dilakukan karyawan tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang
dilakukan.
b.
Sikap yang
positif :
a)
Kemauan untuk
bekerja sama. Bekerja sama dengan orang-orang dalam suatu kelompok akan
memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin dicapai oleh
orang-orang secara individual.
b)
Rasa memiliki.
Adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan akan membuat karyawan
memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap perusahaan
sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi tercpainya tjuan
perusahaan.
c)
Hubungan antar
pribadi. Karyawan yang mempunyai loyalitas karyawan tinggi mereka akan
mempunyai sikap fleksibel kea rah tete hubungan antara pribadi. Hubungan antara
pribadi ini meliputi : hubungan social diantara karyawan. Hubungan yang
harmonis antara atasan dan karyawan, situasi kerja dan sugesti dari teman
sekerja.
d)
Suka terhadap
pekerjaan. Perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan bahwa karyawannya tiap
hari dating untu bekerja sama sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan
pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati sebagai indikatornya bisa
dilihat dari : kesanggupan karyawan dalam bekerja, karyawan tidak kpernah
menuntut apa yang diterimanya di luar gaji pokok.
2) Pengukuran sikap kerja
Kepuasan
kerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk mendapatkan hasil
kerja yang optimal. Ketika seorang merasakan kepuasan dalam bekerja tentunya ia
akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan yang dimilikinya
untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Dengan demikian produktivitas dan hasil
kerja karyawan akan meningkat secara optimal.
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada dasarnya secara praktis
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan
dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, Sebagai
contoh, karyawan yang sudah lama bekerja memiliki kecenderungan lebih puas
dibandingkan dengan karyawan yang belum lama bekerja (Doering et al., 1983)
Faktor eksentrinsik menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan,
antara lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain,
sistem penggajian dan sebagainya.Secara teoritis, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti gayakepemimpinan,
produktivitas kerja, perilaku, locus of
control, pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja.
1.
Salah satu cara untuk menentukan apakah pekerja puas dengan pekerjaannya
atau tidak, ialah dengan membandingkan pekerjaan mereka dengan beberapa
pekerjaan ideal tertentu (teori kesenjangan).
2.
Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja
seorang pegawai diantaranya :
a.
Isi pekerjaan,
penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan
b.
Supervise
c.
Organisasi dan
manajemen
d.
Kesempatan untuk maju
e.
Gaji dan
keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif
f.
Rekan kerja
g.
Kondisi
pekerjaan
3.
Menurut Job Descriptive Index (JDI) faktor penyebab kepuasan kerja,
pengukuran sikap/kepuasan kerja, diantaranya :
a.
Bekerja pada
tempat yang tepat
b.
Pembayaran yang
sesuai
c.
Organisasi dan
manajemen
d.
Supervisi pada
pekerjaan yang tepat
e.
Orang yang berada
dalam pekerjaan yang tepat
3) Macam-macam sikap kerja
Ada 5 macam sikap kerja diantaranya :
a.
Kerja
ikhlas
Sikap kerja
prestatif yang pertama adalah kerja ikhlas, maksud dari kerja ikhlas adalah
bekerja dengan bersungguh-sungguh, semangat, dan tidak mengeluh sehingga dapat
memperoleh hasil yang maksimal, kerja ikhlas juga dilandasi dengan hari yang
tulus.Sebagai contoh dari kerja ikhlas adalah seorang pekerja sebagai operator
produksi di salah satu perusahaan mobil, pekerja tersebut tetap bekerja dengan
sungguh-sungguh dan giat, walaupun gajinya tidak begitu besar.Ia tetap
bersyukur kepada Allah swt dan bekerja dengan sebaik-baiknya sebagai wujud
pengabdiannya kepada perusahaan yang telah memperkerjakannya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Kerja mawas terhadap emosional
Sikap kerja
prestatif yang kedua adalah pengertian mawas terhadap emosional, maksud dari
kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa
terpengaruhi oleh perasaan/emosional yang sedang melanda jiwanya. Dengan kata
lain seorang pengusaha atau pekerja harus dapat memisahkan urusan pribadi
dengan urusan pekerjaanya, jangan sampai urusan pribadinya mengganggu
pekerjaannya yang dapat berakibat tidak baik bagi perusahaan atau usaha yang
dijalaninya. Sebagai contoh adalah sebagai seorang yang memiliki usaha,
misal saja berdagang dan ia sedang memiliki masalah dengan istrinya yang
membuat ia marah, maka ketika ia sedang berdagang tidak membawa urusan dengan
istrinya ke tempat ia bekerja. Jangan sampai ia melampiaskan kemarahannya
kepada karyawan atau bahkan pembeli yang datang ke tokonya.
c. Kerja cerdas
Setelah memahami
kerja ikhlas dan mawas terhadap emosional, sikap kerja prestatif yang ketiga
adalah kerja cerdas. Maksud dari kerja cerdas ini adalah bekerja pandai untuk
memperhitungkan risiko (tidak mengabaikan risiko, dan memikirkan besar-kecilnya
risiko yang akan didapat), mampu melihat dan memanfaatkan peluang yang ada,
serta dapat mencari solusi ketika terjadi suatu masalah dalam pekerjaan atau
usahanya.
d. Kerja keras
Sikap kerja
prestatif yang ke-empat adalah kerja keras, maksud dari kerja keras adalah
bekerja dengan bersungguh-sungguh, tidak mudah menyerah, tidak mengeluh, tidak
membuang-buang waktu, dan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya (efektif dan
optimal). Sebagai contoh adalah seorang petani yang mempunyai sawah seluas 1
hektar, ia harus menggarap sawahnya setiap hari dari pagi sampai dengan sore.
Ia harus bekerja keras dan tidak malas-malasan supaya didapat hasil yang maksimal.
e. Kerja tuntas
Setelah
mengetahui tentang kerja ikhlas, kerja mawas terhadap emosional, kerja cerdas
dan kerja keras.Maka sikap kerja prestatif yang selanjutnya adalah kerja
tuntas.Maksud dari kerja tuntas ini adalah bekerja secara tuntas, tidak
setengah-setengan, selain itu juga dalam bekerja mampu mengorganisasikan bagian
usahanya secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat memperoleh hasil
yang baik.
B. Kepuasan Kerja
1)Definisi kepuasan kerja
Menurut Siegel dan Lane (dalam Munandar, 2001)
menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah
penilaian dari pekerjaan seseorang sebagai pencapaian atau
memungkinkan pencapaian nilai-nilai pekerjaan seseorang yang penting, pemberian nilai-nilai ini adalah sebanding dengan atau membantu
memenuhi kebutuhan dasar seseorang.Pada
definisi tersebut dapat disimpulkan terdapat dua unsur penting dalam kepuasan
kerja, yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan dasar.
Menurut Howel dan Dipboye (dalam Munandar,
2001) kepuasan kerja
adalah hasil keseluruhan dari derajat rasa suka dan tidak sukanya tenaga kerja
terhadap berbagai aspek dari kehidupannya. Dengan kata lain kepuasan kerja
mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap pekerjaannya. Keith Davis dalam (Indy & Handoyo, 2013) kepuasan kerja adalah
perasaan menyokong atau tidak menyokong yang dialami pegawai dalam mengerjakan
pekerjaannya.
Wexley & Yulk (Indy & Handoyo, 2013) kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan
dirinya atau pekerjaannya.
Berdasarkan
pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepuasan kerja adalah
penilaian seseorang terhadap rasa suka dan tidak sukanya tenaga kerja dalam
mengerjakan pekerjaannya.
2)
Aspek-aspek kepuasan kerja
Lima aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja, yaitu:
1.
Pekerjaan itu sendiri (Work It self). Setiap pekerjaan
memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing.
Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi
kepuasan kerja.
2.
Atasan (Supervisior). Atasan yang
baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa
dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3.
Teman sekerja (Workers). Merupakan
faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan
dengan pegawai lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4.
Promosi (Promotion). Merupakan
faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan
karir selama bekerja.
5.
Gaji/Upah (Pay). Merupakan faktor pemenuhan
kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
§ Aspek-aspek
lain yang terdapat dalam kepuasan kerja :
1.
Kerja yang secara mental menantang.Kebanyakan Karyawan menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi
mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan
menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka
mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang.Pekerjaan
yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak
menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang
sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan kepuasan.
2.
Ganjaran yang pantas. Para
karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan
sebagai adil,dansegaris dengan pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik
didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar
pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua
orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil
untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang
kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang
mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang manakutkan upah dengan
kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang lebih penting adalah
persepsi keadilan. Serupa pula karyawan berusaha mendapatkan kebijakan dan
praktik promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan. Oleh
karena itu individu-individu yang mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat
dalam cara yang adil (fair and just)
kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
3.
Kondisi kerja yang mendukung.Karyawan
peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk
memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih
menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur
(suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem
(terlalu banyak atau sedikit).
4.
Rekan kerja yang mendukung.Orang-orang
mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam
kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial. Oleh
karena itu bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat
menciptakan kepuasan kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga
merupakan determinan utama dari kepuasan.
5.
Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan.Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya kongruen (sama dan
sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa
mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari
pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil
pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang
lebih besar untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka.
3)Dimensi kepuasan kerja
Menurut Smith, Kendall, dan Hullin terdapat lima dimensi pada
kepuasan kerja, yaitu :
a. Pimpinan
yang adil, yakni sikap pimpinan yang tidak membedakan karyawan. Pimpinan yang
mengerti kebutuhan karyawan dan mau menjalin hubungan baik, serta mampu menjadi
contoh yang baik dalam hal disiplin.
b.
Pekerjaan itu sendiri, yaitu meliputi beban
kerja secara keseluruhan, variasi tugas, maupun pekerjaan yang memungkinkan
adanya interaksi sosial.
4)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Davis dan
Newstroom (2002) merinci faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
seseorang, yaitu:
a.
Usia. Ketika para guru makin bertambah lanjut usianya.
Mereka cenderung sedikit lebih puas dengan pekerjaannya. Guru yang lebih muda
cenderung kurang puas karena berpengharapan tinggi, kurang penyesuaian dan
berbagai sebab lain,
b.
Tingkatpekerjaan. Orang-orang dengan pekerjaan pada
tingkat lebih tinggi cenderung merasa lebih puas dengan pekerjaan mereka..
Mereka biasanya memperoleh gaji dan kondisi kerja lebih baik, dan pekerjaan
yang dilakukan memberi peluang untuk merasa lebih puas,
c.
Ukuran organisasi. Pada saat organisasi semakin besar,
ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa kepuasan kerja cenderung agak menurun
apabila tidak diambil tindakan perbaikan untuk mengimbangi kecenderungan itu.
5) Hubungan
pelaksanaan kerja dengan kepuasan kerja
Hubungan antara
kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif.
Kekuatan hubungan mepunyai rentang dari lemah sampai kuat.Hubungan yang kuat
menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya
dengan meningkatkan kepuasan kerja (Kreitner dan Kinicki, 2001: 226). Beberapa
korelasi kepuasan kerja antara lain:
a. Motivasi.Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat
hubungan yang positif dan signifikan. Karena kepuasan dengan
pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi,
atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka
mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat
meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan
kepuasan kerja.
b. Pelibatan Kerja.Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu
secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja
mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu
didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk meningkatkan
keterlibatan kerja pekerja.
c. Organizational citizenship behavior. Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa
yang menjadi tugasnya.
d. Organizational commitment. Mencerminkan tingkatan dimana individu
mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya.
Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang sifnifikan
dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat komitmen
yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan
produktivitas kerja.
e. Ketidakhadiran (absenteisme).Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat
korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat,
ketidakhadiran akan turun.
f.
Perputaran (turn over).Hubungan antara
perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat mengganggu
kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer dapat
meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
g. Perasaan Stress. Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja
menunjukkan hubungan negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan
mengurangi dampak negatif stres.
h. Prestasi kerja. Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan
dan prestasi kerja. Sementara itu menurut Gibson (2000:110) menggambarkan
hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan
kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan
lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya
kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan
mendapatkan kepuasan.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnelly, Jr.,
J.H., 1990, Organisasi: Perilaku,
Struktur, Proses
(Terj.), Penerbit Erlangga, Jakarta.
H., Hendra
Indy & Handoyo, S. (2013). Hubungan kepuasan kerja dengan motivasi kerja
pada karyawan Bank BTPN madiun.Jurnal
psikologi industri dan organisasi. 2, 100-103.
Munandar A.,S
(2001). Psikologi industri dan organisasi.
Jakarta: Universitas Indonesia.
;;
Subscribe to:
Comments (Atom)
Powered by Blogger.
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

